Wartautama.co (Pekanbaru) – Di dalam Ritual shalat ada banyak doa yang dibaca, termasuk di dalam surat Al-Fatihah mengandung doa agar kita ditunjuki jalan yang lurus (shirathal mustaqim). Itu berarti setiap hari tujuh belas kali Milyaran Manusia yang mengaku beragama Islam berdoa meminta petunjuk akan jalan yang lurus.
Pertanyaannya, sudahkah Anda ditunjuki jalan yang lurus itu? Sudahkah Anda berjalan pada jalan yang lurus itu? Apakah wujud dari jalan yang lurus itu?
Semasa kanak-kanak mungkin Anda, pernah disampaikan tentang shirathal mustaqim itu seperti apa. Dalam doktrin agama Shirathal mustaqim itu adalah jembatan di akhirat nanti yang harus dilalui oleh setiap orang yang akan menuju surga, namun sangatlah sulit untuk dilalui.
Kesulitannya bagai berjalan di atas sehelai rambut dibelah tujuh, sangatlah sulit. Hanya amal ibadah manusia yang dapat menolongnya melewati jembatan shirathal mustaqim tersebut. Diperlukan kecepatan tertentu untuk bisa berhasil melewatinya. Bagi mereka yang tidak berhasil melewatinya, akan jatuh ke dalam api neraka yang menyala-nyala.
Demikian ajaran atau doktrin yang pernah kita terima kala masih kanak kanak dahulu.
Mari kita cerdas dan renungi bersama ajaran tersebut. Bagaimana mungkin shirathal mustaqim itu adanya nanti di akhirat, padahal kita memintanya saat di dunia dan untuk keselamatan hidup di dunia? Bukankah keselamatan di akhirat (kehidupan setelah mati) ditentukan oleh kehidupan di dunia ini? Belum lagi jika bicara soal surga dan neraka yang sesungguhnya seperti apa. Sehingga saya berkesimpulan bahwa cerita tersebut hanyalah doktrin spiritual nenek moyang.
Namun satu hal yang dapat menjadi benang merahnya, bahwa berjalan di atas shirathal mustaqim adalah sesuatu yang sangat sulit dan berat. Jika Anda tidak konsisten, Anda akan tergelincir ke dalam neraka jalan yang sesat jalan yang penuh dengan murka Tuhan.
Lalu apa sesungguhnya “shirathal mustaqim” itu? Bukanlah hal yang sulit untuk menjawabnya dan menemukan wujud dari shirathal mustaqim itu selama dikembalikan kepada sumbernya yang benar, yakni Kitab suci.
Dalam surat alfatihah ayat 6-7 disebutkan :
Tunjukilah kamilah jalan yang lurus. Yaitu jalan orang-orang yang telah engkau beri nikmat kepada mereka bukan jalan mereka yang dimurkai dan bukan pula jalan mereka yang sesat
Dari keterangan tersebut shirathal mustaqim mengandung pengertian jalan yang di tempuh oleh para nabi dan rasul beserta orang beriman di zaman dahulu yang juga harus ditempuh oleh mereka yang beriman saat ini. Merekalah yang di beri nikmat oleh tuhan.
Kalau kita mau menempuh Shiratal Mustaqim tinggal mengikuti saja Jalan hidup Adam, Noah, Abraham, Moses, Yesus dan Muhammad. Pertanyaannya sanggupkan kah kita menempuh jalan hidup sebagaimana yang sudah mereka tempuh..?
Editor: Ferizal
Sumber: FB FW
Jika ingin diskusi: Wa: 081226868747